Ditengah kesulitan ekonomi rakyat kecil akibat pemerintahan Jokowi cabut
subsidi BBM, di situ pula seorang menteri di kabinet kerja Jokowi malah
meminta restu ke DPR untuk kucurkan uang Rp
48 Triliun ke BUMN sebagai suntikan modal. Untungnya lembaga DPR jeli
dan memberikan kritik kepada menteri BUMN Rini Soemarno itu.
Anggota Badan Anggaran (Banggar) Dewan Perwakilan Rakyat (DPR)
menyoroti pengajuan suntikan dana segar kepada 35 Badan Usaha Milik
Negara (BUMN) senilai Rp 48,01 triliun.
Menteri BUMN Rini Soemarno mendapat banyak kritik terkait pengajuan
izin Penyertaan Modal Negara (PMN) untuk tahun anggaran 2015 ini. Protes
pertama datang dari Anggota Banggar bernama Sukur Nababan.
Menurutnya, memperbesar BUMN bukan dengan jalan menambah modal
negara. Persoalan utama di BUMN ialah tidak kompetennya direksi yang
dipilih sehingga membuat BUMN tidak berkembang.
“Saya sangat paham BUMN. Problem bukan modal tapi problem BUMN kita
karena salah urus. Direksi nggak punya kapabilitas. Harapan saya sebagai
menteri baru, tempatkan direksi BUMN yang punya kapabilitas dan pahami
BUMN,” kata Sukur saat rapat kerja di Ruang Banggar, DPR Senayan,
Jakarta, Selasa (20/1/2015).
Kedua, ia menyoroti para BUMN penerima PMN. Menurutnya, ada BUMN
penerima PMN yang justru ada yang tidak fokus pada lini bisnis sehingga
pemberian suntikan dana segar bisa tidak tepat sasaran.
“Kedua ialah fokus BUMN. RNI akan kita berikan PMN, dalam tempo sama
direksi akan diversifikasi bisnis ke properti. Dia nggak fokus,”
jelasnya.
Ada juga kritikan dialamatkan kepada beberapa BUMN go public penerima
PMN. Suntikan dana segar harus dipertanyakan karena kepemilikan sudah
tidak 100% dikuasai oleh negara.
Kritikan juga datang dari Anggota Banggar Fraksi PDI-P bernama Sudin.
Sudin menyoroti juga BUMN yang selama ini menyalurkan subsidi atau
public service obligation (PSO) tapi ikut menerima PMN.
Selama ini penugasan yang diberikan belum optimal bahkan BUMN tersebut tidak memiliki kinerja yang kinclong.
“Kita tahu PT SHS dan Pertani itu PSO. Itu untuk apa? Peningkatan
produksi untuk apa? Benih SHS dan Pertani bermasalah. Mereka dapat PSO
cuma-cuma tapi bisa begini. Kedua, Bulog. Saya minta ditangguhkan PMN
senilai Rp 3 triliun. Bulog ini paling banyak modusnya. Sebaiknya
diperbaiki infrastruktur SDM-nya di kabupaten dan provinsi,” paparnya.
Sementara itu Ecky Awal Mucharam, Anggota Banggar dari PKS, menyebut
ada alternatif permodalan untuk memperkuat BUMN. Suntikan dana segar
oleh pemerintah dalam bentuk PMN ini dinilai belum diperlukan.
“Punya Bank BUMN yg hebat. Dengan disuntik Rp 5,6 triliun (Bank
Mandiri). Itu belum diakui manfaatnya. Kemudian kita ingin punya bandara
besar dan perusahaan konstruksi besar. Banyak cara lain. Ada cara lain
menciptakan perusahaan hebat,” ujarnya.
http://silontong.com/2015/01/20/menteri-rini-soemarno-dibanjiri-kritik-dpr-karena-minta-bumn-di-suntik-dana-rp-48-triliun/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar