Sabtu, 03 Januari 2015

Bulog Dapat Tugas Baru Amankan 7 Komoditas

Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN), Rini Mariani Soemarno, atas persetujuan dan keputusan dari Presiden Jokowi menetapkan direktur utama baru Bulog. Jokowi memantapkan hatinya untuk memilih mantan pejabat Bank Rakyat Indonesia (BRI) sebagai Direktur Utama Bulog Lenny Sugihat.

Dia dinilai sebagai salah satu putra terbaik Indonesia yang mampu memimpin perusahaan Bulog menjadi perusahaan yang sehat. Selain itu, dia dianggap mampu mengayomi masyarakat, khususnya untuk menjaga stabilitas kebutuhan pokok.

Saat ini Bulog diberikan beban kerja baru oleh pemerintah untuk menjamin pasokan dan keterjangkauan masyarakat terhadap 7 komoditas unggulan, yaitu beras, jagung, kedelai, gula, bawang merah, cabai, dan daging sapi. Rini memerintahkan kepada direktur Bulog tersebut untuk dapat menjamin ketersediaannya di masyarakat.

Namun, yang menjadi komoditas unggalan yang harus dijaga stabilitas harga dan pasokannya adalah beras dan kedelai. Dua komoditas ini menjadi fokus utama dan pertama oleh dirut Bulog ke depannya. Rini menyatakan bahwa untuk membantu kinerja dirut Bulog baru tersebut, pihaknya telah mengusulkan kepada presiden untuk segera menambah direksi minimal 5 dan maksimal 7 orang.

“Direksi Bulog tantangannya banyak sekali, jadi perlu ada penambahan personel. Sebab, ke depan Bulog bukan hanya sebagai penyangga harga gabah petani tetapi juga sebagai stabilisator harga pangan di masyarakat. Program ke depannya adalah bagaimana untuk dapat membeli apa-apa dari petani dengan harga yang wajar sehingga petani dapat lebih sejahtera. Ada 7 komoditas yang menjadi perhatian khusus. Namun ada dua yang paling utama, yaitu beras dan kedelai,” ujar Rini saat ditemui di kantornya, Kamis (1/1).

Rini meminta kepada dirut baru Bulog untuk bertanggung jawab terhadap harga 7 komoditas tersebut. Sementara untuk memenuhi kebutuhan domestik, apabila memang produksi di dalam negeri tidak mencukupi diperbolehkan melakukan impor. Namun Rini menegaskan untuk mengoptimalkan produksi dalam negeri terlebih dahulu untuk menuju swasembada pangan. Untuk komoditas yang mudah busuk dari 7 jenis tersebut, lanjut Rini, diharapkan dapat diproduksi dengan bentuk turunannya agar petani dan konsumen tidak merasa dirugikan.

”Pesan saya agar dirut Bulog mengecek di gudang-gudang yang dimiliki untuk melihat kondisi sebenarnya, agar dapat memperkirakan dari gudang tersebut bisa menampung hasil dari petani atau tidak. Kalau nanti ternyata tidak bisa menampung, kita harapkan dapat menggunakan gudang-gudang milik lembaga lainnya untuk menampung produk produk pertanian,” tambah Rini.

Dalam menjalankan unit usaha dan pelayanannya, Bulog dilarang menargetkan profit. Keuntungan yang didapatkan oleh perusahaan Bulog ini, lanjut Rini, hanya boleh digunakan untuk program pengembangan ke depan dan untuk biaya operasional termasuk gaji karyawan Bulog.

Untuk menjadi pelayan bagi masyarakat sekaligus stabilisator harga pangan di pasaran, manajemen Bulog dituntut untuk melakukan langkah revolusioner. Tujuannya agar kesalahan-kesalahan manajerial Bulog pada periode sebelumnya dapat ditangani dengan baik.

“Bulog nggak ada target profit tertentu. Maka di situlah kepandaian dari manajemen untuk menjaga stabilitas perusahaan dan juga keuntungan yang wajar untuk keberlangsungan program Bulog. Keuntungan hanya untuk membayar gaji karyawan dan untuk program pengembangan ke depan. Tidak boleh lebih dari itu,” ujar Rini.

Terkait dengan permasalahan pembagian beras miskin (raskin) yang selama ini dilakukan pemerintah, pada era Jokowi, sistem pembagian raskin diubah. Caranya dengan memberikan subsidi langsung dalam bentuk cash money kepada penerima manfaat. Data penerima subsidi ini didasarkan pada data KKS yang ditangani langsung oleh Kementerian Sosial.

Sementara itu, Dirut Bulog Lenny Sugihat menyatakan, sementara ini dirinya akan mempelajari secara bertahap terhadap permasalahan-permasalahan di tubuh perusahaan agar dapat dipikirkan jalan keluar yang terbaik. Dia mengaku masih perlu koordinasi dengan Menteri BUMN terkait prioritas kerjanya. Hal ini sekaligus untuk menunggu pengumuman akhir jumlah direksi Bulog yang disetujui oleh presiden berapa. Namun Lenny menyatakan bahwa mengamankan dua komoditas unggulan berupa beras dan kedelai menjadi prioritas yang dia pikirkan sebelumnya.

“Nanti kita akan lihat dulu tentunya akan ada skala prioritas untuk merombak sistem di Bulog agar dapat sesuai dengan harapan pemerintah. Kita akan lakukan efisiensi operasional dan tata niaga supaya betul-betul menjamin ketersediaan dan keterjangkauan masyarakat. Target pemerintah 7 komoditi tadi yang utama adalah beras dan kedelai yang konsumsinya lebih dari 80%. Komoditi berikutnya akan kita pikirkan untuk menstabilkan harga,” ujar Lenny.

Lenny tidak menampik bahwa program swasembada yang dicanangkan pemerintah adalah hal yang pokok yang harus diupayakan untuk tercapai. Namun, lanjut Lenny, apabila produksi domestik tidak mampu mencukupi kebutuhan dalam negeri, nantinya dia akan melakukan impor. Lenny menyatakan, sementara ini dirinya akan melihat dan melakukan penghitungan terhadap kemampuan produksi dan tingkat kebutuhan di dalam negeri.

Soal impor beras tadi itu tidak akan kita lakukan kalau memang produksi dalam negeri mampu mencukupi. Kita optimalkan produksi dalam negeri terlebih dulu. Kalau memang nanti ternyata memang kurang, kita tidak bisa saklek untuk tidak impor, khususnya beras dan kedelai. Tapi kalau nanti ternyata memang cukup, buat apa impor,” tambahnya.

Menanggapi soal usulan jumlah direksi yang akan mendampinginya bekerja, Lenny menyerahkan sepenuhnya kepada Kementerian BUMN. Menurutnya apapun keputusan pemerintah baik jumlah maupun siapa yang nanti ditunjuk untuk mendampinginya adalah pasti orang yang tepat. “Kalau soal siapa dan berapa nanti direksi yang mendampingi, saya ngikut saja dari arahan pemerintah.  Kita yakin saja bahwa keputusan itulah pasti yang terbaik,” pungkas Lenny.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar