Iklim yang tidak menentu membuat Perum Badan Urusan Logistik
(Bulog) harap-harap cemas untuk pengadaan beras tahun ini. Pasalnya,
jika hujan terus terjadi sampai dua bulan ke depan maka petani bakal
gagal panen.
Untuk diketahui, cadangan beras dari tahun lalu sebesar 2,1 juta ton.
Besaran ini diproyeksi mampu mencukupi kebutuhan beras nasional untuk
tiga bulan awal 2014. Apalagi, pemerintah menargetkan dapat mencetak
surplus beras sebanyak 10 juta ton.
"Kita semua harus berdoa, semoga hujan ini tidak terus menerus
seperti ini. Kalau terus menerus seperti ini, pengaruhnya pasti ada
terhadap produksi. Mudah-mudahan akhir Februari curah hujan mulai
berkurang sehingga pada saat panen tidak terjadi banjir dan sebagainya,"
ujar Dirut Perum Bulog, Sutarto Alimoeso di Kantornya, Jakarta, Minggu
(19/1).
Dalam menghindari impor, ke depan pemerintah harus memiliki stok
karena periode Januari-Februari sering terjadi minus pasokan. Kekurangan
pasokan ini sering menjadi penyebab harga beras tinggi akibat produksi
yang kurang.
"Yang menyebabkan harga terganggu itu ya itu, begitu produksi 2014
tidak menutup untuk Januari-Februari pasti terjadi harga naik," katanya.
Menurutnya, periode Januari-Februari, kebutuhan beras nasional
mencapai sekitar 5 juta ton. Apabila iklim terganggu pada periode ini,
maka panen baru dapat dilakukan di bulan April.
Dia menceritakan, pihaknya saat ini selalu menerima tawaran impor
beras dari Thailand dan Vietnam. Namun, dikarenakan hasil produksi dalam
negeri masih mencukupi maka Bulog menolaknya.
"Bukan mulai, sejak tahun lalu. Setiap saat menjaga komunikasi dengan
kita. Namanya pebisnis kan gitu harus menyalurkan itu. Suatu saat kita
bisa menjadi Thailand dan Vietnam kalau produksinya bagus. Bulog harus
berpikir kalau kemungkinan harus ekspor," jelasnya.
http://www.merdeka.com/uang/bulog-curah-hujan-tinggi-buat-indonesia-berpotensi-krisis-beras.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar